Part 6
“AAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Pergi
kau!!!!!!!!! Pergi jauh-jauh!!!!!” aku terlonjak kaget. Tepat sekali, aku tidak
sadar dia sudah bangun dan menimpukku dengan bantal.
“Adaww!!” giliran kedua, sandal tidurnya. Gomawo,
Suzy-ssi. Kau sangat sopan.
“Hei! Sudah! Ini aku, Soo Hyun!” kataku sambil
berusaha menghindari pukulan bantalnya.
“Mwo…!!!! Kauuu… Apa yang kau lakukan disini
dan padaku?”
“Aku hanya iseng dan mengelilingi rumahmu, lalu
aku melihat kamar ini. Karena penasaran, aku masuk. Tak kusangka kau tidur
disini, dan mendengkur.” Kataku sambil berusaha menahan tawa. Sementara Suzy,
tentu saja pipinya sudah merah seperti kepiting rebus. Kim Soo Hyun daebak!
Hahaa..
“Keluar sana!”
“Ini juga mau keluar. Lagian siapa juga yang
kepengen dengan yeoja sepertimu itu.” Sebenarnya aku merasa tersinggung diusir,
tapi aku tiak mau menunjukkan terang-terangan. Bisa turun lima pangkat harga
diriku.
Sore harinya,
“Suzy-ssi, aku lapar. Apa ada makanan
dikulkas?” teriakku. Dari tadi pagi sampai sore aku masih di rumah Suzy-ssi.
Sebenarnya aku tidak menunggu dijemput Eunjung-ssi. Kalau pun aku ingin pulang,
aku bisa tinggal telepon taksi, pasti semua sopir mengantri untuk menjemputku.
Atau aku juga bisa menelepon Lee Joon dan menyuruhnya menjemputku. Tapi aku
tidak melakukannya. Aku tidak tahu alasanku apa, aku hanya ingin… disini..
mungkin bersama Suzy-ssi.
Aku berjalan menuju dapur. Ku buka kulkas dan
walaaa…. KOSONG! Sebenarnya dia makan apa sih di rumah? Makan roti-rotinya saja?
Apa tidak penyakitan? Aneh deh…
“Soo Hyun, sedang apa kau di kulkas?”
“Haa?? Aku hanya ingin mencari makanan, dan
ternyata kosong. Bagus sekali, sepertinya kau hanya makan roti-roti dan batu
mungkin setiap hari.” Ejekku
“Berhentilah mengejekku.”
“Itu kenyataan.” Jawabku datar
“Menurutmu.”
“Kau tahu, kalau aku ingin makan, aku selalu
masak dirumah. Tapi hari ini, gara-gara kau aku tidak bisa masak.” Katanya
sambil melototiku. Bagus sekali, menyalahkan aktor setampan aku apa tidak
salah? *Oppa narsiz!*
“Hei, menyalahkan aktor tampan sepertiku apa
tidak salah?” godaku
“Tampan kau bilang? Dalam mimpi iya…” jawabnya
cuek.
“Berarti kau sering memimpikan aku?” kataku
tidak mau kalah. Hahaha,, gotcha!
“Andwae! Memimpikanmu? Bukan aku yang
memimpikanmu, tapi Eunjung-ssi. Pasti dia memimpikanmu setiap hari.” Hei,
nadanya terlihat seperti yeoja cemburu. Hahaaa,,,
“Kau cemburu?”
“Cemburu padamu? Andwae!”
“Hahahaa,, ya sudah. Ehm, Suzy..”
“Ne?”
“Bagaimana kalau kita makan diluar?”
“Di luar? Wae? Didalam lebih nyaman daripada di
luar. Di luar dingin..” Eoiku, sepertinya dia tidak mengerti apa yang ku
katakana.
“Maksudku jalan-jalan.”
“Maksudku jalan-jalan.”
“Mwo? Aku tidak salah dengar?” Sepertinya
giliran dia yang menggodaku?
“Ne. Ya sudah, kau mau tidak?”
“Ehm, bagaimana ya?” tanyanya sambil
menimbang-nimbang. Dasar yeoja, mau menerima saja pakai sok mikir. Bikin dag
dig dug ajaa…
“Ne. Tapi sembunyikan wajahmu! Aku tidak mau
ketahuan wartawan!” ujarnya sambil melotot
“Ne, Suzy-ssi.”
Suzy
p.o.v
Jantungku berdegup kencang, aku benar-benar tidak
menyangka akan kencan dengan Kim Soo Hyun. Aktor papan atas yang terkenal –dan
sombong- sejagad raya. Aku sudah berusaha untuk biasa saja, tidak jantungan,
atau pun senang. Tapi aneh, perasaan ini tidak bisa ku tepis, perasaan ini
terus menghantuiku. Hatiku benar-benar nakal, tidak mau menuruti mulutku.
Entah mengapa, saat ini. Aku sedang berada di
kamar, mempersiapkan diriku untuk kencan –sebenarnya bukan kencan, tetapi kalau
bukan kencan aku harus menyebutnya apa coba?-. Mungkin Soo Hyun sendiri sedang
menunggu di ruang tamu. Aku menatap wajahku sendiri di cermin. Suzy, kendalikan
perasaanmu. Jangan tertipu oleh namja sombong itu! Ini hanya kebetulan dia
pingsan dan tetap disini sementara, kemudian tidak ada makanan jadi dia
mengajakku makan di luar. Tenang, ini hanya acara makan. Tidak lebih! Biasa
saja, tidak usah senang.
Setelah menarik napas panjang, dan memasang
wajah tanpa dosa alias polos, aku melenggang keluar. Sweater soft ku yang
berwarna pink ditambah dengan mantel putih -pemberian Jiyeon-ah saat Ulang
Tahunku yang ke 18 tahun- membalut tubuhku. Dengan bawahan celana ketat
berwarna putih juga (aku sangat suka warna putih –dalam cerita-) aku merasa aku
sangat tidak sempurna. Entah apa, tapi perasaan ini. Tidak seperti biasanya,
aku merasa khawatir, aku takut Soo Hyun akan mengomentari bajuku dengan
kritikan pedasnya. Oh Suzy, mengapa kau jadi begini? Sebenarnya perasaan apa
yang kau tanam untuk namja sombong itu, haa?
Aku merasa pipiku memerah, bahkan saat Soo Hyun
menatapku dari atas sampai bawah. Jangan-jangan, penampilanku terlalu memalukan
sampai dia menatapku seperti itu. Oh Tuhan, bagaimana ini?
“Suzy-ssi?” Apa dia memanggilku?
“Ne, Soo Hyun. Waeyo? Apa aku terlihat sangat
memalukan?” tanyaku meminta kepastian. Aku harap dia tidak mengejekku lagi.
“Kau.. Em.. em… Kauu.. Kau..” Ada apa ini? Apa
aku terlalu buruk sampai dia tergagap begitu (Author : kadang cinta memang
membuat kita tidak sadar, bahwa sebenarnya dia menyukai kita bukan membenci
kita. Pelajaran untuk chingu, cinta sih cinta. Tapi jangan rendah diri. Tapi
juga jangan kepedean. Hehehee..)
“Mwo?” Aneh, suasana terasa sangat cangguh saat
ini. Kami hanya saling menatap, aku menunggu kepastiannya, dan dia. sepertinya
menunggu kepastiannya sendiri. Biar kuhitung,
1 detik
2 detik
3 detik
“Kau terlihat… Ehm, cantik.” Katanya lirih.
Tunggu, apa? Apa dia bilang? Cantik? Tidak salah? Benarkah aku cantik? Sungguh?
Ah, sepertinya pipiku merah sekali sekarang.
“Kenapa ekspresimu seperti itu? Kau tidak
pernah dipuji namja?” tanyanya. Eh, tunggu. Dia? Benarkah? Pipinya memerah,
hahaa… Apa dia merasa salting?
“Pipimu merah..” ujarku. Maksudku menggodanya,
semoga dia tidak salah tanggap.
“Pipimu juga.” Ujarnya tidak mau kalah.
Benarkah? Sekelihatan itu?
“Ya sudah, kita mau berangkat atau hanya duduk
dan berdiri disini selama bermenit-menit?” Tanyanya. Dasar, mengalihkan
pembicaraan.
“Arasseo! Ayo kita berangkat!” kataku semangat.
Aku menoleh padanya, Soo Hyun
tersenyum lembut. Bahkan hanya satu kali itu senyumnya bisa selembut dan
setampan itu. Oh Tuhan, aku meleleh.
“Mwo?” tanyaku. Berusaha mengalihkan
suasana. Aku takut saltingku terlihat olehnya.
“Ani. Kau hanya, ehm.. Aku tidak
menyangka saja. Kau ternyataa..” kata-katanya menggantung. Membuatku semakin
penasaran.
“Mwo?”
“Kau ternyataa…” lalu dia berlari
sambil berteriak
“KAU TERNYATA LEBIH CANTIK DARIPADA
KAKAKMU!!!!!!!!!!!” teriaknya dengan suara lantang. Untung jalanan sepi, jadi
tidak ada yang melihat.
Aku
benar-benar tersipu.. Aku menyusulnya. Mengejarnya sambil menyamai langkahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar